Anjlok Rp 77.000 dari Rekor, Apakah Emas Antam Sudah Murah?

SMARTPOWERID MEDIA BERITA REALISTIS

Harga emas yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau emas Antam mulai kehilangan kilaunya pada Mei 2020 seiring dengan skenario new normal yang direncanakan pemerintah sejak Mei lalu. Ketika ekonomi membaik, aset lindung nilai seperti emas biasanya ditinggalkan investor karena risk appetite meningkat.

Sepanjang Mei lalu, harga emas Antam turun 2,67% atau sebesar Rp 22.880/gram menjadi Rp 856.120/gram pada 30 Mei 2020 dari Rp 879.000/gram 30 April 2020. Harga ini adalah harga acuan untuk emas 100 gram. Sementara dalam sepekan terakhir, atau dari 30 Mei hingga 6 Juni, harga emas turun 4,3% atau Rp 37.000 dari Rp 855.120/gram pada Sabtu 30 Mei menjadi Rp 818.120/gram pada Sabtu lalu 6 Juni.

Pada perdagangan Senin kemarin (8/06), harga emas Antam flat alias stagnan di level Rp 818.120/gram dari perdagangan Sabtu kemarin. Namun jika membandingkan dengan harga emas yang sempat mencapai rekor Rp 895.000/gram yang dicapai pada Jumat 3 April 2020, maka harga emas Antam saat ini sudah jatuh Rp 76.880 atau ambles 9%. Ini adalah harga emas acuan 100 gram. Sementara itu, pada 3 April tersebut, khusus harga 1 gram emas Antam juga naik tembus Rp 944.000/gram.

Saat itu harga emas Antam tembus rekor seiring dengan harga emas dunia yang kembali naik ke atas level psikologis US$ 1.600 per troy ons pada 3 April tersebut.

Harga Emas Antam Periode Mei 2020

Dari data, penurunan harga emas Antam seiring dengan bombardir kabar baik di pekan kemarin membuat harga logam mulia emas cenderung melorot. Rilis berbagai data semakin menunjukkan bahwa prospek ekonomi kian cerah dan membuat harga emas sebagai aset safe haven terpangkas.

Harga emas dunia turun nyaris 1,5% pada penutupan perdagangan hari Jumat (5/6/2020) atau Sabtu dini hari (6/6/2020) waktu Indonesia. Dalam sepekan terakhir harga bullion turun 2,38% (week on week/wow). Pada penutupan perdagangan akhir pekan harga emas dibanderol US$ 1.685,2/troy ons turun dari level psikologisnya US$ 1.700/troy ons.

Timbul pertanyaan, kenapa harga emas Antam bisa turun? Hal itu wajar mengingat sebagai aset safe haven, emas biasanya berada pada tren penguatan saat terjadi krisis atau kejadian yang meningkatkan kekhawatiran investor. Dalam beberapa bulan terakhir, sentimen pandemi virus corona yang entah kapan akan berakhir menjadi sentimen pendorong.

Harga emas global juga dalam tren positif di tengah kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi menuju jurang resesi hingga potensi perang militer antara AS-China. Fakta ini memicu harga emas Antam juga menguat, sebelum akhirnya mulai terpuruk.

Sebetulnya ini merupakan hal yang wajar setelah harga emas dunia sempat membukukan rekor baru di tahun 2020 ini di level US$ 1.748/troy ons pada penutupan 20 Mei 2020 dari harga terendah di tahun ini pada US$ 1.469/troy ons 19 Maret lalu ketika pandemi corona sedang memuncak-muncaknya.

Jika dihitung dari level terendah ke level tertinggi tahun 2020, terjadi selisih sebesar US$ 279,18 atau naik 18,99%. Secara teknikal, ketika terjadi tren penguatan yang signifikan, maka koreksi yang sebesar 20% dianggap wajar.

Harga Emas Spot (US$/Troy Ons)

Jadi dari kenaikan yang sebesar US$ 279,18 tersebut dengan koreksi 20%, maka didapat harga di US$ 55,84, sehingga dari harga tertinggi dikurangi dengan koreksi 20%, maka harga emas dunia kurang lebih berada di level area US$ 1.693,14/trot ons dari rekor tertinggi baru.

Bahkan pada hari Senin kemarin (8/6) pada pukul 14:00 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.691,33. Artinya koreksi yang sebesar 20% secara teknikal merupakan hal yang wajar, jika mengacu pada harga saat ini.

BNP Paribas sempat memproyeksikan bahwa waktu yang terbaik untuk harga emas adalah di kuartal kedua (Q2) tepatnya antara April-Juni 2020, seperti dikutip dari Kitco.com pada April lalu.

Analis lainnya juga mengatakan, “dari sudut pandang jangka panjang, emas masih akan tetap menjadi aset yang disukai karena suku bunga saat ini rendah dan virus [corona] yang memicu perlambatan global akan mendukung reli (harga emas) berlanjut terus,” kata Sugandha Sachdeva, Wakil Presiden, logam, energi dan riset mata uang, di Religare Broking Ltd.

Selain itu kebijakan bank sentral (termasuk bank sentral AS, The Fed) dalam memberikan pelonggaran kuantitatif (QE) dengan membeli aset-aset finansial berbasis utang juga memicu penurunan yield (imbal hasil obligasi) yang membuat emas menjadi lebih menarik di mata investor.

“Penguatan emas yang terjadi karena kelonggaran moneter ini pada akhirnya harus dilunasi dan mungkin akan dibayar dengan tingkat inflasi yang tinggi nantinya,” kata Tai Wong, Kepala Trading Derivatif untuk Logam Dasar dan Logam Mulia di BMO, melansir Reuters.

“Emas kemungkinan mendapat untung dari melimpahnya uang bank sentral dan utang baru,” katanya. Bahkan pada bulan lalu, beberapa analis dunia sempat memproyeksikan bahwa harga emas dunia bisa ke level US$ 2.000 – 3.000/troy ons. Oleh karena itu, ketika harga emas dunia melonjak, harga emas Antam bisa mengikutinya.

Mengacu aturan pasar, 1 troy ons ekuivalen atau sama dengan 31,1034768 gram (untuk kemudahan kita ambil angka 31,1 gram). Jadi, jika harga emas dunia di pasar spot bisa mencapai level US$ 3.000/troy ons dibagi dengan 31,1, maka didapat US$ 96,46 per gram.

Nah, harga emas dunia per gram ini kita kalikan dengan nilai tukar rupiah (asumsi kurs rupiah di Rp 14.000/US$), maka hasilnya adalah Rp 1.350.440/gram. Saat ini acuan untuk emas 100 gram untuk per gram nya berada di level Rp 818.120/gram. Artinya, kendati turun dalam sepekan, peluang naik masih ada.

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top