Perdana di tahun 2020, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) resmikan BBM 1 Harga SPBU Kompak di Kecamatan Pulau Maya Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat (Kalbar), Rabu, (17/06/2020).
Kepala BPH Migas M. Fanshurullah Asa mengatakan untuk Kalbar ditargetkan tahun ini minimal terbangun di 11 lokasi. “BPH Migas hari ini hadir, meresmikan BBM satu harga ini yang pertama di 2020 sejak Januari. Dan sekarang new normal BPH turun langsung” ungkapnya, Rabu, (17/06/2020).
Lebih lanjut ia mengatakan tahun ini ditargetkan akan membangun 83 lembaga penyalur BBM 1 Harga. Untuk Kalbar sendiri sampai dengan tahun 2024 akan dibangun sebanyak 26 titik. Setelah pulau Maya, ia menyebut segera juga akan dibangun di Pulau Karimata.
“Betapa komitmen untuk Kalbar ini mendapat porsi banyak. Satu lagi di Pulau Karimata cepat tahun ini bisa kita resmikan. Ini wujud komitmen kuat wujudkan keadilan harga,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan selama ini masyarakat Pulau Maya membeli premium dan solar dari pengecer dengan harga hampir Rp 10.000. Dengan harga yang terjangkau diharapkan akan menggerakan perekonomian nelayan. “BBM satu barga ini bukanlah isu politik, tapi komitmen kita untuk keadilan sosial di bidang energi,” tegasnya.
Salah satu warga Awaluddin (52) dari Desa Kambojang, Pulau Maya mengaku bersyukur program BBM 1 Harga ini berjalan baik. Ia bercerita biasanya dalam satu hari mengkonsumsi bahan bakar 5 liter, dengan pendapatan kotor Rp 200.000. “Biasanya beli ke tengkulak Rp 10.000 dengan harga di bawah Rp 10.000 lumayan ya. Alhamdulillah mudah-mudahan berjalan lancar,” paparnya.
Sesuai dengan arahan Presiden, Program BBM 1 Harga akan dilanjutkan sampai dengan tahun 2024, ditargetkan terbangun 330 lembaga penyalur BBM 1 Harga. Untuk Tahun 2020 akan dilakukan pembangunan 83 lembaga penyalur BBM 1 Harga.
Tersebar di 20 Provinsi, 70 Kabupaten, 83 Kecamatan dengan penugasan kepada Pertamina untuk melakukan pembangunan penyalur BBM 1 Harga tersebut. Melalui sebaran 13 Penyalur di Sumatera, 13 di Kalimantan, 21 di NTB dan NTT, 7 di Sulawesi, dan 29 Penyalur di Maluku dan Papua.