Masyarakat luas harus terkena dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19. Berbeda dengan krisis ekonomi 1998 yang hanya berdampak ke para konglomerat saja. Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja mengatakan dampak tersebutlah yang pada akhirnya membedakan situasi ekonomi saat ini dengan krisis 1998. Saat krisis 1998 terjadi, kalangan konglomerat banyak meminjam dana dalam bentuk valuta asing.
Berbeda dengan pelaku UMKM yang saat itu tidak banyak mengakses pinjaman. Bahkan, mereka tidak bisa meminjam dana dalam bentuk dolar. Ketika konglomerat disibukkan dengan masalah pinjaman, pada akhirnya UMKM tetap dapat beroperasi secara normal.
Sementara itu, saat ini seluruh masyarakat terdampak karena kegiatan ekonomi dibatasi. Hal itu mengakibatkan pusat perbelanjaan hingga toko terpaksa tutup. Padahal, ada pekerja yang digaji harian yang bergantung pada aktivitas ekonomi.
“Semuanya tidak boleh berbisnis padahal berapa ribu pekerja di situ, ada yang gaji tetap ada yang harian. Pengemudi taksi ojol masih bisa antar barang, awal-awal PSBB tidak boleh angkut penumpang mau kerja apa mereka,” katanya dalam Live Webinar Perbankan bersama LPS dan BCA, Rabu (10/06/2020).
Menurutnya, pembatasan sosial skala besar (PSBB) transisi memang menjadi angin segar bagi ekonomi. Hanya saja, potensi penambahan pasien masih bisa terjadi. Apabila, terjadi lonjakan pasien, bukan tidak mungkin akan dilakukan PSBB kedua. “Bukan tidak mungkin ada lockdown kedua. Ini kembali ke problem yang kita sampaikan tadi,” katanya.