Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menjelaskan perihal rencana bisnis Pertamina dan curhat dia bekerja bersama Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Nicke mengatakan Pertamina saat ini sedang mempersiapkan untuk melantai di bursa lewat subholding hulu. Pasalnya, kata Nicke, aset hulu masih bisa untuk dikembangkan. Terlebih belanja modal di hulu terbilang cukup besar atau mencapai 60%. Sehingga kegiatan hulu yang pasti akan mendominasi.
“Yang pertama adalah subholding hulu [untuk melantai di bursa],” ujar Nicke dalam diskusi virtual, Senin (15/06/2020). Dia menjelaskan, salah satu alasan melepas salah satu aset hulunya untuk IPO karena diyakini bisa membuat kinerja subholding itu lebih menguntungkan. Misalnya saja Blok Rokan.
Saat Pertamina mendapatkan Blok Rokan, pihaknya diminta untuk melepas sebagian participating interest dan mencari partner agar bisa bekerja maksimal. Dalam diskusi itu juga Nicke membuka topik soal harga bahan bakar minyak.
Nicke mengatakan secara prinsip kebijakan soal harga BBM ada pada regulator, Pertamina sebagai badan usaha mengikutinya. Tidak hanya Pertamina, badan usaha lainnya juga mengikuti ketentuan.
Menurut Nicke, mudah saja bagi Pertamina untuk memberikan harga BBM dengan harga murah. Caranya dengan membeli minyak murah dan impor dari luar negeri. Karena harga di luar neger kini jauh lebih murah. Tapi risikonya adalah dengan mengabaikan produksi migas di dalam negeri dan kinerja kilang.
“Kalau hulu migas tutup, kilang tutup kita akan kembali ke zaman dulu” jelas Nicke. Kendati demikian, jika mengikuti fluktuasi dan menurunkan harga BBM nanti ketika harga minyak naik, dinilai juga akan jadi polemik lagi. “Harga minyak naik lagi, nanti teriak-teriak lagi ini mafianya suka impor. Jadi kita harus pikir panjang untuk kemandirian energi,” jelasnya.
Harga minyak murah memang fakta, tapi itu crude atau minyak mentah milik Amerika. Bisa saja diimpor karena lebih murah dari operator dalam negeri, tapi kalau impor terus jadi pilihan maka jangka panjang kemandirian energi sulit tercapai. Apalagi ada risiko jika negara tersebut kena lockdown, sementara dalam negeri infrastrukturnya sudah tidak bisa beroperasi.
Disela-sela diskusi mengenai bisnis Pertamina, Nicke juga mengisahkan kesan-kesannya bekerja bersama Ahok. Sambil berkilah, Nicke mengatakan, sangat menguntungkan bekerja dengan Ahok, karena Pertamina tidak perlu lagi bayar mahal endorser. Pasalnya bisa dilakukan langsung oleh Ahok lewat sosial medianya, karena followers akun sosial medianya sudah banyak.
“Jadi saya suka bercanda sama beliau. Jadinya kita tidak perlu endorser bayarnya mahal-mahal nih, gitu. Dengan adanya beliau kan jadi langsung, followers-nya kan banyak gitu, dan beliau juga ya sudah nggak apa-apa” kata Nicke.
Nicke mengaku berterima kasih terkait hal ini, dan senang-senang saja bekerja dengan Ahok. Ia cenderung melihat sisi positif dari Mantan Gubernur DKI Jakarta ini, meski menurutnya manusia bagaikan mata uang yang punya dua sisi baik positif dan negatif. Anggapan miring soal keberadaan Ahok beberapa kali muncul di kalangan DPR. Mereka kerap menyebut Ahok sebagai Komut yang rasa Dirut.
Misalnya saja Anggota DPR Komisi VI dari Fraksi Gerinda, Andre Rosiade mengatakan Ahok sering tampil di publik. Bahkan Andre mengira Ahok yang datang menggantikan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati yang berhalangan hadir dalam RDP di Komisi VI DPR RI.