Jakarta – Hari Lingkungan Hidup Sedunia (HLH) yang diperingati setiap 5 Juni harus bisa menginspirasi banyak orang. Apalagi peringatannya berlangsung di tengah pandemi virus korona (covid-19). “Hari Lingkungan Hidup Sedunia mengajak kita untuk berpikir kembali bagaimana kegiatan manusia telah berevolusi dan berdampak terhadap lingkungan,” kata Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), RM Karliansyah, Jumat, 5 Juni 2020.
Peringatan HLH dicetuskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan aksi untuk melindungi lingkungan kita. “Peringatan ini merupakan kesempatan bagi semua orang untuk menjadi bagian aksi global dalam menyuarakan proteksi terhadap planet bumi. Memanfaatkan sumber daya alam yang berkelanjutan dan gaya hidup yang ramah lingkungan,” ujar Karliansyah.
Dia mengatakan tema HLH Sedunia tahun ini adalah biodiversity atau Keanekaragaman hayati dengan slogan “Time for Nature”. Tema ini dipilih sebagai bentuk pengingat kepada seluruh umat manusia untuk selalu bersyukur bahwa sampai saat ini alam telah memberikan kekayaan dan keanekaragamannya untuk menunjang keberlangsungan hidup umat manusia.
“Indonesia adalah negara megabiodiversitas. Indonesia menempati urutan kedua setelah Brazil sebagai negara teratas dari sepuluh negara dengan keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia,” katanya. Dengan luas wilayah 1,3 persen dari luas muka bumi daratan dan lautan, Indonesia menempati posisi teratas keanekaragaman hayati di dunia. Namun, tingkat kepunahan keanekaragaman hayati Indonesia menempati posisi ke-6 di dunia.
“Hal ini diakibatkan karena banyaknya ekspolitasi berlebihan terhadap sumberdaya flora dan fauna dengan tidak memperhatikan aspek keberlanjutan,” kata Karliansyah. Selain itu, lanjut dia, adanya faktor pencemaran dan kerusakan lingkungan, perubahan iklim, deforestasi, konversi lahan, dan aktivitas manusia. Ekosistem lingkungan yang sehat akan mempertahankan keanekaragaman hayati, menyediakan air dan udara bersih, sumber daya alam, pangan, serta mengurangi bencana.
Saat ini dunia sedang menghadapi situasi pandemi covid-19. Kondisi ini sebagai pengingat bahwa kesehatan manusia berhubungan dengan kondisi alam. Virus korona adalah zoonosis yaitu berasal virus yang ditularkan dari hewan. Sebanyak 60 persen kasus penyakit infeksi ke manusia berasal dari hewan.
“Saat ini lebih dari 5 juta kasus di dunia positif covid-19. Para ilmuan menyatakan bahwa jika kita tidak mengubah perilaku kita terhadap alam, maka kita akan menghadapi pandemi ini semakin lama,” kata Karliansyah.
Ia meminta masyarakat berkomitmen untuk menjaga alam, mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan, serta menegakan hukum lingkungan. Dunia usaha pun diminta ikut berperan menjaga keberlanjutan dengan menggunakan aktifitas yang ramah lingkungan. “Masyarakat dan komunitas bersama menjaga agar melestarikan dan mengembalikan ekosistem yang rusak,” ujar dia.