Pandemi Covid-19 menuntut percepatan transformasi digital dan adopsi teknologi. Sektor ekonomi menjadi prioritas, termasuk di Indonesia, di mana para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbondong-bondong mendigitalkan diri agar dapat bertahan.
Di tengah situasi serba terburu-buru, para lanjut usia (lansia) dan kaum disabilitas menjadi segmen yang berisiko tertinggal. Tak sedikit dari antara mereka yang harus berjuang lebih keras untuk memiliki akses dan pengetahuan yang cukup tentang teknologi.
Perjuangan itu pun dilakukan di antara stigma bahwa penyandang disabilitas harus selalu ditolong, dan dengan keterbatasan yang dimiliki, tak bisa memiliki peran besar dalam masyarakat. Sementara, masa produktif dan kesempatan para lansia dinilai sudah berakhir.
Seturut prinsip itu, perusahaan teknologi Grab Indonesia bergerak dengan semangat gotong royong merangkul komunitas lansia dan kaum disabilitas. Sejalan dengan misi Grab for Good, Grab ingin dapat meningkatkan inklusi dan literasi digital, memberdayakan pengusaha mikro dan UMKM, serta mempersiapkan angkatan kerja menyongsong masa depan melalui rangkaian teknologi dan solusi yang diciptakan.
Berbagai strategi dikembangkan untuk mendukung lansia dan kaum disabilitas, seperti pengadaan pelatihan melalui Grab #TerusUsaha Akselerator, yakni program pelatihan dan inkubasi selama dua bulan. Dimulai pada tahun lalu, program yang berfokus pada peningkatan kapasitas UMKM ini diikuti oleh ratusan UMKM dalam dua gelombang.
Pada 2021, Grab mengkhususkan jangkauan pada UMKM yang digerakkan oleh lansia dan kaum disabilitas. Mereka ingin memastikan semua pihak mendapat kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang dengan teknologi.
Sebelumnya, Grab memulai pembenahan yang spesifik ditujukan kepada kaum disabilitas. Pada 2019, bekerja sama dengan Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI), Asosiasi Indonesia untuk Kesejahteraan Tunarungu (Gerkatin), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), serta komunitas Koneksi Inklusif Indonesia, Grab menambahkan subtitle pada materi video aplikasi atau orientasi guna membantu mitra pengemudi tunarungu.
Di tahun yang sama, proses GrabKios ditingkatkan sehingga ramah terhadap anggota penyandang disabilitas, dan memperbesar peluang penghasilan tambahan sebagai mitra agen. Pada 2020, Grab juga memberi pelatihan peningkatan keterampilan pada penggunaan platform berbasis chat dan platform digital sebagai sumber pendapatan bagi kaum disabilitas.
Cahyo Widodo yang memiliki keterbatasan fisik telah merasakan manfaat pemberdayaan UMKM oleh Grab. Ia mendirikan toko grosir sebagai sumber mata pencaharian sehari-hari. 16 tahun kemudian, Cahyo memutuskan bergabung dengan GrabKios.
Langkah itu terbukti tepat. Melayani berbagai transaksi digital seperti transfer uang, pembelian token listrik, hingga pembayaran BPJS bagi pelanggan yang sebagian besar belum memiliki akses perbankan, penghasilan Cahyo meningkat hingga 70 persen per bulan. Untuk pertama kalinya, Cahyo bisa menabung di bank. Cahyo menjadi bukti, bahwa keterbatasan fisik dan usia bukan halangan untuk mandiri.
Permudah Bisnis Kecil
Sejak 2020, Grab telah melakukan onboarding terhadap ribuan penjual di ratusan pasar tradisional lewat aplikasi GrabMart. Melalui aplikasi itu, layanan GrabAssistant dapat dipakai berbelanja di lebih dari 7.000 pasar tradisional di seluruh Indonesia.
Strategi Grab lainnya dalam upaya menjangkau lansia dan kaum disabilitas adalah meluncurkan GrabMerchant sebagai solusi satu atap yang mempermudah bisnis kecil mendaftar sebagai merchant GrabFood dan GrabMart. Para pelaku bisnis dapat berbelanja bahan mentah, membuat iklan untuk promosi, mengelola kasir dan profil manajer toko, sampai menerima laporan penjualan.
Saat ini, Grab juga memperluas aplikasi GrabKios untuk perorangan, memberi kesempatan bagi siapa saja untuk mendaftar menjadi agen perorangan GrabKios yang menawarkan berbagai layanan keuangan dan digital, termasuk transfer uang, pembayaran listrik, serta pembayaran iuran BPJS.