Optimalisasi Energi Primer Dengan Menjaga Performance Pembangkit Listrik

Jakarta, 7 Mei 2020 – Energi untuk kehidupan itu sangat penting mengingat energi merupakan kemampuan yang dimiliki untuk dapat melakukan usaha, banyak orang berpendapat bahwa seorang pelari dapat berlari cepat dan mencapai finish terdepan itu karena tekun berlatih dan mempunyai postur tubuh yang ideal dan sehat dibanding orang yang jarang berlatih dan kurang sehat meski postur tubuhnya sama.

Perbedaan kedua orang tersebut ada pada pola latihan dan kesehatan badan, banyak orang yang bertanya mengapa badan tetap sehat tentunya jawabannya sangat sederhana karena orang tersebut rajin latihan, selanjutnya pertanyaan menyusul mengapa orang tersebut rajin latihan jawabannya juga sederhana yaitu karena orang tersebut mempunyai energi yang cukup untuk digunakan latihan baik dari kualitas energimya maupun jumlah energi dibanding seorang yang jarang latihan dan kurang sehat.

Sekelumit cerita diatas terlihat jelas bahwa keberadaan energi yang berkualitas dalam jumlah yang cukup akan menghasilkan kualitas dalam beraktifitas seperti berlari akan lebih cepat dalam mencapai garis finish, jadi “ Sesungguhnya energi yang berkualitas didalam tubuh manusia akan menghasilkan kinerja yang terbaik”. Ungkapan ini menyadarkan diri kita pentingnya menjaga performance tubuh dengan memasukkan energi dengan kualitas terbaik dalam jumlah yang cukup dan tidak berlebih.

Bagaimana jika ungkapan tersebut kita implementasikan dalam peralatan industri, untuk mengungkapkan itu kali ini Smart Power mewawancarai Dwi Suryo Abdullah melalui video chating dengan platform talkfusion, dalam wawancaranya Dwi Suryo Abdullah mengurai secara rinci perbedaan performance pembangkit listrik yang mengkonsumsi energi yang berkualitas dengan jumlah yang cukup.

Bahwa kebutuhan energi primer suatu pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dengan bahan bakar minyak B30 akan menghasilkan energi listrik sebesar 1 kWh (satu killo Watt hour) apabila pembangkit listrik tersebut menghasilkan performancenya akan membutuhkan B30 sebesar 275 ml pada load factor diatas 60 % sehingga bila dituliskan dalam formula SFC ( Specific Fuel Consumpsion ) sebesar 0,275 – LF 0,6 dengan temperature permukaan mesin sebesar 60 – 70 deg celcius temperature ambient sekitar 40 deg celcius dengan emisi 30 – 50 % dibawah angka baku mutu udara.

Bagaimana untuk mempertahankan performance dari PLTD, banyak cara yang bisa dilakukan beberapa diantaranya adalah melakukan perawatan sesuai instruction manual seperti menjaga kualitas BBM baik berat jenis, tara kalor, kejernihan dan kebersihannya untuk itu yang menjadi perhatian mulai sampling penerimaan BBM, tangki penampung, pipa penyaluran dan saringan minyak (oil filter) harus mendapatkan perhatian agar kualitas BBM sebagai sumber energi primer sebelum dipompa masuk kedalam ruang bakar tetap mempunyai energi value yang sama .

Tidak cukup dengan itu Dwi Suryo Abdullah menambahkan bahwa pengoperasian mesin harus dapat dikendalikan bahwa untuk mendapatkan energi kinetic yang ideal dalam ruang bakar (combustion camber) mesin diesel diperlukan oksigen yang bersih, jenis dalam volume yang tepat, agar terjadi pembakaran yang sempurna di dalam ruang bakar.

Mengingat kebutuhan oksigen tersebut berasal dari udara disekitar pembangkit listrik (PLTD) maka upaya menjaga kualitas udara sekitar menjadi salah satu factor penentu dalam mendapatkan oksigen yang berkualitas, tentunya upaya penanaman pohon yang mampu menyerap karbon monoksida (CO) / gas buang harus terjaga kelestariannya dan yang tidak kalahh penting adalah menjaga kebersihan saringan udara (air filter) agar kualitas oksigen terjaga, disamping itu untuk menghasilkan pembakaran yang sempurna diperlukan pengendalian perbandingan campuran BBM dan oksigen yang masuk dalam ruang bakar agar tidak terjadi kelebihan udara (excess air) diruang bakar sehingga berdampak tenaga yang dihasilkan oleh mesin menurun meskipun BBM yang mengalir tetap dan performance mesin yang direpresentasikan dengan SFC akan lebih besar 0,275 pada load factor yang sama.

Kalau itu terjadi maka mesin diesel sudah menunjukkan gejala menurunya performance meski tidak begitu significan namun apabila dilakukan pembiaran dalam durasi waktu yang lebih lama akan mengerus biaya operasi. Dalam menjaga stabilitas campuran BBM dengan Oksigen tentunya semenjak ditemukannya micro controller di era digitalisasi peran fungsi tersebut semakin akurat dalam menjalankan fungsinya sebagai kendali energi primer (BBM) sehingga kekuatiran atas terjadinya excees air dapat dieliminer apalagi perangkat tersebut (micro controller primery energy) telah terhubung dengan kendali putaran (governor) yang berperan menjaga stabilitas putaran /frekuensi dalam berbagai variasi beban akibat meningkat – berkurangnya kebutuhan listrik pelanggan.

Dalam era digitalisasi penerapan micro controller sebagai upaya meningkatkan akurasi pengendalian system pembakaran dan beban yang dipikul oleh mesin sehingga dalam setiap variasi beban akan terjadi pembakaran energi primer yang sempurna namun seorang operator dan maintenance pembangkit listrik wajib melakukan pemeliharaan secara rutin atas performance micro controller tersebut dengan “ melakukan kalibrasi disaat mesin dalam jadual pemeliharaan hal ini penting dilakukan agar kerja dari micro controller primary energy tetap optimal” sehingga performance mesin terjaga” ungkap Dwi Suryo Abdullah.

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top