Teknologi Pendeteksi Tsunami Sejak Dini 2020

Teknologi Pendeteksi Tsunami Sejak Dini 2020 smartpower media berita

BMKG menginformasikan lahan di pantai yang berada pada ketinggian lebih dari 20 meter, relatif lebih aman terhadap ancaman bahaya tsunami megathrust selatan Jawa.Sebab, skenario terburuk megathrust di selatan Jawa itu bisa menghasilkan tsunami dengan ketinggian maksimum hingga 20 meter atau setara dengan gedung setinggi 5 lantai (rata-rata satu lantai gedung sekitar 4,3 meter).

Kejadian tsunami setinggi itu diasumsikan bakal terjadi jika terjadi gempabumi secara bersamaan di dua segmen megathrust. Dua segmen megathrust ini disebutkan berada di selatan Jawa bagian Barat dan di bagian selatan Jawa bagian timur.

Patahan ini bisa mengakibatkan tsunami dengan tinggi gelombang maksimum 20 meter di salah satu area di selatan Banten. Tsunami itu bisa mencapai pantai dalam waktu 20 menit sejak terjadinya gempa.

Kejadian tsunami yang dimodelkan ini serupa dengan kejadian tsunami Banda Aceh tahun 2004, yang juga diakibatkan oleh gempabumi dengan magnitudo 9,1 dan tsunami mencapai pantai dalam waktu kurang lebih 20 menit. Potensi kejadian gempabumi dan tsunami di Indonesia tidak hanya berada di pantai selatan Jawa saja, namun berpotensi terjadi di sepanjang pantai yang menghadap Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Peristiwa ini juga mungkin terjadi pada wilayah pantai yang berdekatan dengan patahan aktif.

Patahan aktif yang berpotensi menimbulkan tsunami baik busur belakang (back arc thrusting) juga patahan yang membentang sampai ke laut.

Butuh Waktu berapa lama tsunami sampai ke pantai?

Potensi kejadian tsunami di Pantai Selatan Jawa yang dapat mencapai ketinggian 20 meter akibat gempabumi megahtrust. Metode, pendekatan, dan asumsi yang dilakukan dalam tiap penelitian tersebut berbeda, namun hasilnya kurang lebih sama, yaitu potensi terjadinya tsunami dengan ketinggian sekitar 20 meter, dalam waktu 20 menit gelombang tiba di pantai sejak terjadinya gempa.

Kemudian Berapa lama waktu evakuasi?

Dengan adanya Sistem Peringatan Dini yang dibangun di BMKG bisa memberikan peringatan 3 sampai 5 menit setelah kejadian gempabumi. Lewat peringatan dini tsunami ini, maka tersisa waktu kurang lebih 15 sampai 17 menit untuk proses evakuasi. Hal ini dengan asumsi, waktu datangnya tsunami diperkirakan terjadi dalam 20 menit. Sistem Monitoring dan Peringatan Dini tersebut yang dioperasikan dengan Internet of Things (IoT) dan diperkuat oleh super computer dan Artificial Intelligent (AI), secara otomatis dapat menyebarluaskan informasi peringatan dini tsunami ke masyarakat di daerah rawan gempabumi dan tsunami, melalui BNPB, BPBD, mass media, ataupun beberapa moda diseminasi (sms, email, website, sosial media).

Prediksi tsunami 20 meter

Sejak beberapa tahun yang lalu beberapa peneliti telah melakukan kajian potensi kejadian tsunami di Pantai Selatan Jawa yang dapat mencapai ketinggian 20 meter akibat gempabumi megahtrust. Metode, pendekatan, dan asumsi yang dilakukan dalam tiap penelitian tersebut berbeda, namun hasilnya kurang lebih sama, yaitu potensi terjadinya tsunami dengan ketinggian sekitar 20 meter, dalam waktu 20 menit gelombang tiba di pantai sejak terjadinya gempa.

Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Widjo Kongko (2018), Ron Harris (2017 – 2019). Penelitian terakhir dilakukan oleh ITB yang didukung oleh BMKG, KKP, dan BIG dilakukan berdasarkan analisis data-data kegempaan BMKG dan pemodelan tsunami dengan beberapa skenario. Penelitian maupun kajian gempabumi dan tsunami di Indonesia perlu selalu didorong dengan tujuan bukan untuk menimbulkan kecemasan dan kepanikan masyarakat.

Hasil pemodelan tersebut juga penting untuk penyiapan jalur dan tempat evakuasi, ataupun untuk penataan lahan di daerah rawan tsunami. Sehingga, mendukung penguatan sistem mitigasi bencana, sehingga kita dapat mengurangi atau mencegah dampak dari bencana itu, baik jatuhnya korban jiwa maupun kerusakan bangunan dan lingkungan.

Sejak tahun 2008 Pemerintah Indonesia telah mengantisipasi potensi kejadian tsunami akibat gempabumi megathrust seperti yang pernah terjadi di Aceh tahun 2004. Meski demikian, adanya penelitian yang ditindaklanjuti dengan peringatan dini belum dapat sepenuhnya menjamin keberhasilan upaya pencegahan terjadinya korban jiwa dan kerusakan akibat tsunami, tanpa kesiapan masyarakat, Pemerintah Daerah dan seluruh pihak terkait.

Masih sangat diperlukan kesungguhan Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat bersama-sama Pemerintah Pusat untuk melakukan berbagai langkah kesiapan pencegahan bencana. Langkah tersebut harus didasarkan pada edukasi masyarakat agar mampu melakukan perlindungan dan penyelamatan diri terhadap bencana gempabumi dan tsunami, juga meresponse Peringatan Dini secara cepat dan tepat.

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top